61. KEMATIAN UTSMAN BIN AFFAN (Part 3)
*F. Perlakuan terhadap Jenazah*
Setelah pembunuhan, para pemberontak bahkan sempat menjarah rumah Utsman, mengambil barang-barang milik pribadi dan istri beliau. Jenazahnya dibiarkan di rumah beberapa lama karena situasi Madinah sangat tegang.
Istri Utsman, Naila binti Farafisah, sempat mendatangi sejumlah sahabat untuk meminta bantuan menguburkan suaminya. Namun sebagian dari mereka juga dalam keadaan ketakutan karena intimidasi pemberontak.
Akhirnya, beberapa orang sahabat seperti:
Ali bin Abi Thalib (r.a.)
Zubair bin Awwam
Hakim bin Hizam
Jubair bin Mut’im
dan beberapa anggota keluarga dari Bani Umayyah
...berkumpul secara diam-diam pada malam hari dan menguburkan jenazah Utsman di Baqi’, bukan di pemakaman umum, melainkan di sisi pekuburan orang Yahudi karena pemberontak melarang pemakaman resmi.
Sumber menyebutkan bahwa jumlah pengiring jenazahnya tidak lebih dari dua belas orang.
*G. Reaksi Sahabat dan Umat Islam*
Reaksi atas pembunuhan ini sangat luas dan dramatis:
>Ali bin Abi Thalib menangis dan berkata:
“Semoga Allah merahmati Utsman. Sungguh aku telah memperingatkannya tentang situasi ini, dan aku menyesali bahwa aku tidak bisa membantunya lebih dari ini.”
>Aisyah r.a., istri Nabi, sangat berduka dan menyatakan bahwa pembunuhan Utsman adalah fitnah besar pertama yang memecah belah umat Islam.
>Beberapa tokoh seperti Mu‘awiyah bin Abi Sufyan (gubernur Syam dan kerabat Utsman) menuntut qishash (balas dendam) atas darah Utsman, dan inilah yang kemudian memicu Perang Shiffin melawan pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib.
*H. Dampak Historis Kematian Utsman bin affan radhiyallahu anhu*
Pembunuhan Utsman bin Affan menjadi titik balik dalam sejarah Islam. Peristiwa ini menandai dimulainya Fitnah Kubra (pertikaian besar) yang memecah belah umat Islam. Krisis legitimasi kekuasaan menyebabkan lahirnya konflik terbuka seperti Perang Jamal (antara ‘Ali dan Aisyah, Thalhah, Zubair) dan Perang Shiffin (antara ‘Ali dan Mu’awiyah).
Selain itu, kematian Utsman menciptakan polarisasi tajam antara kelompok yang mendukung kekhalifahan ‘Ali dan kelompok oposisi yang menuntut qishas (balas dendam) atas darah Utsman. Dalam jangka panjang, peristiwa ini melahirkan faksi-faksi politik dan teologis dalam Islam seperti Khawarij, Syiah, dan pendukung Bani Umayyah, yang kelak akan menjadi basis ideologis dinasti Umayyah.
Daftar Pustaka:
📚Al-Tabari. Tarikh al-Rusul wa al-Muluk. Beirut: Dar al-Fikr, 1990.
📚Ibn Kathir. Al-Bidayah wa al-Nihayah. Beirut: Dar Ibn Hazm, 2001.
📚Wilferd Madelung. The Succession to Muhammad. Cambridge University Press, 1997.
📚M.A. Shaban. Islamic History: A New Interpretation. Cambridge: Cambridge University Press, 1971.
Komentar
Posting Komentar