58. Sejarah Kelam Aljazair : Perang Saudara 1991 - 2002

*Konflik Bersaudara di Aljazair (1991–2002)*

*A. Latar Belakang*

Konflik bersaudara yang terjadi di Aljazair antara tahun 1991 hingga 2002, yang sering disebut sebagai "Black Decade" atau "La Décennie Noire", merupakan salah satu perang saudara paling berdarah di dunia Arab modern. Konflik ini dipicu oleh pembatalan pemilu demokratis yang hampir dimenangkan oleh Front Islamique du Salut (FIS), yang kemudian memicu gelombang pemberontakan bersenjata, tindakan represif negara, dan kekerasan tak terkendali di kalangan masyarakat sipil.

Konflik ini menewaskan lebih dari 150.000 jiwa, menciptakan trauma nasional, dan meninggalkan jejak mendalam dalam lanskap politik dan sosial Aljazair.

*B.Akar Konflik*

*1. Krisis Ekonomi dan Ketidakpuasan Sosial (1980-an)*
Aljazair mengalami krisis ekonomi berat setelah jatuhnya harga minyak. Tingkat pengangguran tinggi, inflasi, dan kemiskinan memicu gelombang protes sosial.

*2. Keterbukaan Politik dan Kenaikan FIS*
Di bawah tekanan rakyat, Presiden Chadli Bendjedid menerapkan reformasi politik (1989), termasuk pemilu multi-partai.

FIS (Front Islamique du Salut), partai Islamis moderat-populis, dengan cepat meraih dukungan luas melalui masjid dan organisasi sosial.

*3. Kemenangan FIS dan Ketakutan Elite Sekuler*
FIS menang dalam pemilu lokal 1990 dan memimpin putaran pertama pemilu legislatif 1991.

Militer membatalkan putaran kedua pemilu dan menangkap para pemimpin FIS, menandai dimulainya krisis.

*C.Jalannya Konflik (1991–2002)*

*1. Periode Awal (1992–1994)*
Pemberontakan bersenjata muncul: AIS (sayap bersenjata FIS) dan GIA (kelompok islamis radikal).
Negara menerapkan hukum darurat, militer melakukan operasi penumpasan skala besar.
GIA mulai menyerang warga sipil, termasuk pemboman dan penculikan.

*2. Periode Eskalasi Kekerasan (1995–1998)*
GIA menjadi semakin ekstrem: membantai desa-desa yang dianggap netral atau menentang.
Tuduhan bahwa dinas rahasia (DRS) Aljazair menyusup ke dalam GIA untuk menciptakan kekacauan dan mendiskreditkan Islamis.
AIS menyatakan gencatan senjata sepihak pada 1997.

*3. Masa De-eskalasi dan Rekonsiliasi (1999–2002)*
Presiden Abdelaziz Bouteflika (terpilih 1999) menawarkan amnesti kepada militan yang menyerah.
GSPC (kelompok pecahan GIA) terus beroperasi namun skala konflik menurun drastis.
Perang resmi dinyatakan selesai secara politik pada 2002.

*D. Dampak Konflik*

*1. Dampak Sosial dan Kemanusiaan*
Sekitar 150.000–200.000 orang tewas, 20.000 orang hilang.

Ribuan kasus pemerkosaan, penyiksaan, dan penghilangan paksa.

Trauma kolektif dan kehancuran struktur komunitas.

*2. Dampak Politik*
Militer semakin dominan dalam politik.

Partisipasi politik Islam dibatasi secara ketat.

Demokratisasi terhenti, dan munculnya rezim semi-otoriter.

*3. Dampak Ekonomi dan Internasional*

Investasi asing menurun drastis selama dekade konflik.

Reputasi internasional Aljazair merosot.

Munculnya jaringan ekstremis baru: GSPC menjadi afiliasi al-Qaeda di Maghrib (AQIM).

*E. Analisis Geopolitik*

*1. Kepentingan Regional dan Arab*
Negara-negara Arab seperti Mesir dan Arab Saudi mendukung stabilitas dan status quo, khawatir kemenangan Islamis akan menular ke wilayah mereka.

Libya di bawah Muammar Qadhafi menunjukkan simpati kepada Islamis, namun tidak memberikan dukungan terbuka.

*2. Posisi Uni Eropa dan Perancis*
Perancis mendukung militer Aljazair secara diam-diam, karena khawatir kemenangan FIS akan memicu arus pengungsi dan radikalisme di kalangan imigran Aljazair di Perancis.

Uni Eropa lebih memilih stabilitas daripada demokrasi jika yang menang adalah Islamis.

*3. Sikap Amerika Serikat*
AS awalnya netral, namun pasca-1995 cenderung mendukung pemerintah Aljazair dalam konteks perang melawan terorisme.

Konflik Aljazair dijadikan laboratorium awal pendekatan kontra-terorisme yang lebih keras setelah Perang Teluk.

*4. Iran dan Pengaruh Revolusi Syiah*
Beberapa faksi dalam FIS menunjukkan kekaguman terhadap Revolusi Iran.

Namun, tidak ada bukti kuat Iran membantu FIS secara material. Iran lebih fokus ke Lebanon dan Irak.

*5. Konsekuensi Geopolitik*
Aljazair menjadi contoh dilema dunia internasional: antara mendukung demokrasi atau stabilitas.

Konflik ini membentuk pola baru di dunia Arab, di mana negara-negara lebih memilih "Islamisme lunak" atau represi total.

🔥Kesimpulan

Konflik bersaudara di Aljazair adalah hasil dari kompleksitas ekonomi, politik, dan sosial. Dimulai dari frustrasi rakyat terhadap kemiskinan dan otoritarianisme, diperparah oleh pembatalan pemilu demokratis, dan meledak menjadi kekerasan sipil berdarah. Perang saudara ini mengubah secara permanen wajah politik Aljazair dan menjadi pelajaran penting tentang bahaya represi politik terhadap kehendak rakyat. Dari sisi geopolitik, konflik ini mencerminkan kegamangan aktor global terhadap Islamisme dan dilema antara demokrasi dan stabilitas di kawasan.

Referensi : 

1. Amnesty International. Algeria: Truth and Justice Obscured by the Shadow of Impunity. AI Reports, 2003.

2. International Crisis Group. Algeria:Managing Civil Conflict and State Consolidation. ICG Africa Report No. 29, 2001.

3. Le Sueur, James. Algeria since 1989: Between Terror and Democracy. Zed Books, 2010.

4. Human Rights Watch. Algeria: Time for Reckoning. HRW, 1999.

5. Addi, Lahouari. "Radicalization and Political Violence in Algeria." The Middle East Journal, Vol. 50, No. 1 (1996).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

1. Asal Mula Konflik Palestina - Israel: Ringkasan Sejarah (Part 1)

14. DIALOG DENGAN KONTRA HAMAS (Part 2)

9. Kritik Atas Perjanjian Oslo