PEMBERONTAK ARAB MENENTANG INGGRIS

Sharif Hussein bin Ali menolak Perjanjian Sykes-Picot (1916) dan Deklarasi Balfour (1917) karena keduanya berkhianat terhadap janji Inggris dalam McMahon–Hussein Correspondence.

Penolakannya ini menjadi faktor penting hilangnya dukungan Inggris terhadapnya, yang kemudian beralih ke tokoh lain seperti Abdulaziz ibn Saud.

*Penolakan terhadap Sykes–Picot Agreement (1916)*

Isi Sykes–Picot: Perjanjian rahasia antara Inggris dan Prancis untuk membagi wilayah kekuasaan Ottoman di Timur Tengah menjadi zona pengaruh kolonial.

💥Prancis: Suriah dan Lebanon.

💥Inggris: Irak dan Palestina.

Masalah: Ini bertentangan dengan janji Inggris kepada Sharif Hussein (1915–1916), yang menjanjikan kemerdekaan wilayah Arab sebagai imbalan atas pemberontakan melawan Ottoman.

➡️ Sharif Hussein merasa dikhianati karena ternyata tanah-tanah yang ia perjuangkan akan dibagi antara dua kekuatan Eropa.

 *2. Penolakan terhadap Deklarasi Balfour (1917)*

Isi Deklarasi: Inggris menyatakan dukungannya untuk pendirian “national home for the Jewish people in Palestine”.

Sharif Hussein sangat menentang deklarasi ini karena:

-->Palestina adalah bagian dari wilayah Arab yang dijanjikan kepadanya.

-->Ia khawatir akan mengancam masa depan bangsa Arab dan status kota suci Yerusalem.

➡️ Hussein melihatnya sebagai pengkhianatan ganda: setelah dijanjikan kemerdekaan Arab, Inggris justru membuka jalan bagi imigrasi dan kolonisasi Yahudi di tanah Arab.

Pada 1924–1925, Ibn Saud menaklukkan Hijaz dan mengusir Hussein.

1934. Berdirilah Kingdom of Saudi Arabia.. 

📚Referensi:

Rogan, Eugene. The Arabs: A History.

Fromkin, David. A Peace to End All Peace.

Kedourie, Elie. In the Anglo-Arab Labyrinth.

al-Rasheed, Madawi. A History of Saudi Arabia.

Cleveland, William & Bunton, Martin. A History of the Modern Middle East.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

1. Asal Mula Konflik Palestina - Israel: Ringkasan Sejarah (Part 1)

14. DIALOG DENGAN KONTRA HAMAS (Part 2)

36. KONSPIRASI : Hamas itu Alatnya Israel