KONDISI GEOPOLITIK PRA-SAUDI
*KONDISI GEOPOLITIK PRA-SAUDI*
*1. Struktur Politik Tradisional*: Suku, Emirat, dan Ulama Wilayah Jazirah Arab sebelum berdirinya Arab Saudi didominasi oleh sistem kesukuan yang longgar, di mana kekuasaan bersifat lokal dan tersebar. Di kawasan Najd, berbagai suku seperti Bani Tamim, Anaza, dan Shammar memegang kendali atas oase dan jalur perdagangan.
Di Hijaz, kota suci Mekkah dan Madinah berada di bawah kekuasaan Sharif Mekkah, yang merupakan keturunan Nabi Muhammad dan memiliki legitimasi religius.
*2. Pengaruh Kekhalifahan Utsmaniyah*
Sejak abad ke-16, Kesultanan Utsmaniyah (Ottoman) mengklaim kekuasaan nominal atas sebagian besar wilayah Hijaz, termasuk Mekkah dan Madinah. Namun, kontrol mereka lemah dan sering hanya simbolik. Sharif Mekkah berperan sebagai wali lokal yang setia secara nominal pada Istanbul tetapi praktis otonom. Di wilayah Najd dan Timur, pengaruh Ottoman hampir tidak ada.
*3. Pengaruh Dinasti Syiah Safawi dan Konflik Chaldiran (1514)*.
Pada abad ke-16, Dinasti Safawi di Persia yang menganut mazhab Syiah Itsna 'Asyariyah mulai menebarkan pengaruhnya ke wilayah perbatasan seperti Irak dan Anatolia Timur. Hal ini mendorong Kekaisaran Ottoman untuk melindungi wilayah mayoritas Sunni, termasuk Hijaz dan bagian tengah Jazirah Arab.
Perang Chaldiran tahun 1514 menjadi momen penting ketika Sultan Selim I dari Ottoman mengalahkan Shah Ismail I dari Safawi, menghentikan ekspansi Syiah ke wilayah barat dan menegaskan dominasi Sunni. Dampak dari perang ini memantapkan posisi Ottoman sebagai pelindung kota-kota suci Islam dan meminimalkan pengaruh Syiah di Jazirah Arab selama beberapa abad berikutnya.
*4.Kebangkitan Gerakan Wahhabi dan Dinasti Saud (1744-1818, 1824-1891)*
Kemitraan antara Muhammad ibn Abd al-Wahhab dan Muhammad ibn Saud tahun 1744 menjadi titik balik penting.
Gerakan Wahhabiyah menekankan pemurnian ajaran Islam dan memicu mobilisasi militer-politik yang luas.
Komentar
Posting Komentar