35. REVISI PIAGAM HAMAS 2017

✳️REVISI PIAGAM HAMAS 2017 

Piagam Hamas 2017, yang secara resmi disebut “Dokumen Prinsip-Prinsip Umum dan Kebijakan”, diterbitkan pada 1 Mei 2017 di Doha, Qatar. 

Dokumen ini menjadi upaya Hamas untuk menyesuaikan diri dengan realitas geopolitik baru dan merespons tekanan internasional, tanpa benar-benar meninggalkan prinsip ideologis dasarnya.

 Ini bukan pengganti Piagam 1988 secara resmi, tapi lebih seperti “pembaruan posisi” yang lebih realistis dan taktis.
---
Salah satu poin utama dokumen ini adalah pengakuan secara taktis atas Negara Palestina dalam batas 1967, yakni wilayah Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem Timur. 

Hamas menyebutkan bahwa mereka “menerima pembentukan negara Palestina berdaulat di sepanjang perbatasan 4 Juni 1967, tanpa pengakuan terhadap legitimasi pendudukan Israel.” 

Ini adalah langkah besar bagi Hamas, yang sejak 1988 selalu mengusung narasi “pembebasan total” Palestina dari Sungai Yordan hingga Laut Tengah.
---
Namun, meskipun mengakui solusi dua negara secara de facto, Hamas tetap teguh pada prinsip bahwa seluruh Palestina adalah tanah wakaf Islam yang tidak dapat dilepaskan. Artinya, solusi 1967 lebih dilihat sebagai “tahapan” atau kompromi taktis, bukan pengakuan final. 

Mereka menegaskan bahwa perlawanan bersenjata (muqawamah) tetap menjadi “hak sah” melawan pendudukan Israel, sekaligus mengakui berbagai bentuk perlawanan, termasuk diplomasi dan perjuangan politik.
---

Piagam 2017 juga berusaha membersihkan citra ideologinya yang terkait erat dengan Ikhwanul Muslimin, organisasi induk Hamas di Mesir. 

Dokumen baru ini tidak lagi menyebutkan Ikhwan secara eksplisit. Hal ini diyakini sebagai upaya untuk memperbaiki hubungan Hamas dengan negara-negara Arab yang menuduh Ikhwan sebagai organisasi teroris, seperti Mesir dan Arab Saudi.

 Dengan demikian, Hamas mencoba tampil sebagai gerakan nasional Palestina yang lebih mandiri dan pragmatis.
---
Aspek lain yang signifikan adalah perubahan retorika terkait Yahudi. Piagam 1988 penuh dengan teori konspirasi antisemitisme dan narasi bahwa “Yahudi mengendalikan dunia.”

 Dalam Piagam 2017, Hamas berupaya menghapus narasi ini dan menekankan bahwa konfliknya adalah dengan “pendudukan Israel” sebagai entitas politik, bukan agama atau ras. Ini penting untuk menunjukkan ke dunia bahwa perlawanan mereka bukan bersifat rasis, melainkan murni melawan penjajahan.
---

🔥Intinya, Piagam 2017 mencerminkan upaya Hamas untuk bersikap lebih moderat secara diplomatik, membuka pintu pada kemungkinan negosiasi dan solusi dua negara, tetapi tetap tidak mengakui Israel secara resmi. 

Ini adalah “jalan tengah” antara ideologi dan realitas, sekaligus manuver politik yang penting di tengah dinamika Timur Tengah dan tekanan internasional.


Keputusan Hamas untuk membersihkan diri dari bayang-bayang IM juga ada pengaruhnya dari Arab Spring

Kalo di bukunya Asef Bayat yang _Post-Islamism_, gerakan-gerakan Islam banyak mulai merefleksikan diri atas kegagalan-kegagalan terdahulu, yang biasanya disebabkan penggunaan Islam secara kaku. Contohnya Thaliban yang sempat berkuasa 1995-2001, atau bahkan al-Qaidah & ISIS yang menguasai dan punya "pemerintahan" di Irak dari 2006.

Hamas melihat, gerakan-gerakan Islam kayak mereka pada akhirnya mengalami kegagalan, tidak populer. Piagam 1988 secara gagasan persis kayak mereka-mereka. Akhirnya direvisi dengan bentuk yang lebih moderat dan fleksibel di piagam 2017.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

1. Asal Mula Konflik Palestina - Israel: Ringkasan Sejarah (Part 1)

14. DIALOG DENGAN KONTRA HAMAS (Part 2)

36. KONSPIRASI : Hamas itu Alatnya Israel