22. PERJANJIAN TRILATERAL: Detik-detik Terjadinya Serangan 07 Oktober
Perjanjian trilateral antara Amerika Serikat (AS), Arab Saudi, dan Israel yang dibahas sejak 2022 hingga 2023 bertujuan untuk menormalisasi hubungan diplomatik antara Saudi dan Israel dengan mediasi AS.
🧭Komponen Utama yang Dibahas
Perjanjian ini dikenal sebagai “mega-deal” dan mencakup tiga elemen utama:
1. Perjanjian Pertahanan AS–Saudi
Saudi menginginkan jaminan keamanan formal dari AS, mirip dengan perjanjian pertahanan bersama, untuk menghadapi ancaman regional, terutama dari Iran.
2. Program Nuklir Sipil Saudi
Saudi meminta bantuan AS dalam mengembangkan program nuklir sipil, termasuk pengayaan uranium di dalam negeri. AS awalnya mengaitkan permintaan ini dengan normalisasi hubungan Saudi-Israel, namun belakangan memisahkan kedua isu tersebut.
3. Normalisasi Saudi–Israel
Saudi bersedia menormalisasi hubungan dengan Israel, tetapi mensyaratkan kemajuan signifikan menuju pembentukan negara Palestina. Istilah seperti “pathway to a Palestinian state” sering digunakan, meskipun tanpa definisi yang jelas.
Ini sebelum serangan 7 Oktober ya .
Pembicaraan normalisasi sudah semakin dekat dan memasuki tahap teknis .
"We are getting closer every day"
— MBS to Fox News, Sept 2023
☕
Ingat, semua perjanjian dan pembicaraan negara palestina ..
Tidak melibatkan elemen palestina ...
Banyak analis, aktivis, serta diplomat yang mengkritik proses normalisasi (seperti Abraham Accords maupun upaya Saudi-Israel) sebagai “perjanjian elite” yang menyisipkan Palestina secara simbolis, tanpa komitmen substantif.
Menggunakan frasa longgar seperti “komitmen terhadap solusi dua negara” tanpa mekanisme, peta jalan, atau tenggat waktu konkret.
Ini membuat Palestina jadi “kartu legitimasi” diplomasi Arab-Israel, bukan poin negosiasi utama.
Dan BOOOM .....!!!!!
SERANGAN 7 OKTOBER MENGANCURKAN PROSES ITU SEMUA .
--> Saudi kembali kepada komitmen palestina map 1967
Setelah serangan, Arab Saudi langsung menghentikan semua pembicaraan terbuka, dan menyatakan:
"Tidak ada normalisasi tanpa pengakuan negara Palestina berdasarkan batas 1967."
Oleh Ragil Kurniawan
==========================
Di elaborasi oleh Abu Zhehir :
Jadi ndak bisa disalahkan sepenuhnya ya, yang mengatakan upaya normalisasi Saudi-Israel ini berpotensi menjadikan Saudi meninggalkan Palestina
Karena membuka hubungan dengan Israel, cepat atau lambat, akan meninggalkan prinsip terkait kemerdekaan Palestina. Belajar dari kasus Mesir & UAE
Mesir butuh waktu lama sebelum benar-benar meninggalkan Palestina. Mengakui kedaulatan sejak 1980, tapi baru benar-benar dekat ketika Sisi berkuasa (2013) dan efeknya perbatasan Rafah benar-benar dijaga ketat
UAE cuma butuh waktu singkat. Normalisasi baru benar-benar dilakukan 2015, pengakuan dilakukan 2020 ketika bergabung Abraham Accords. Tapi setelah pengakuan pula, UAE langsung mendukung penuh Israel. Sumbangan dana terhadap UNRWA yang mulanya 50juta USD langsung dipotong hanya 2juta USD pertahun
Ragil pun menambahi :
Bukan berarti setiap hubungan diplomatik otomatis berarti pengkhianatan, tapi tanpa prasyarat yang kuat untuk keadilan Palestina, normalisasi akan menjadi:
Bentuk “pengabaian strategis”.
Komentar
Posting Komentar