10. HAMAS DAN IRAN
HAMAS DAN IRAN
1. Latar Belakang
Hamas lahir dari akar Ikhwanul Muslimin di Gaza, yang awalnya cukup jauh dari Iran (Syiah) karena perbedaan ideologi.
Namun, setelah melihat keberhasilan Iran dalam mendukung perlawanan lewat Hizbullah di Lebanon, Hamas mulai melihat Iran sebagai mitra strategis dalam jihad melawan Israel.
---
2. Awal Hubungan – 1992 hingga 2000
1992: Israel mendeportasi ratusan aktivis Hamas ke Lebanon Selatan.
Di sanalah Hamas bertemu Hizbullah dan IRGC (Pasukan Pengawal Revolusi Iran). Momen ini menjadi awal dari kontak langsung dengan Iran.
Iran mulai memberikan pelatihan militer dan dukungan keuangan kepada Hamas.
Saat negara-negara Arab mulai menormalisasi hubungan (pasca-Oslo 1993), Iran tampil sebagai kekuatan anti-Israel yang terbuka mendukung kelompok perlawanan.
---
3. Masa Keemasan Hubungan: 2000–2011
Intifada Kedua (2000) memperkuat aliansi Hamas–Iran.
Hamas menerima:
-->Dana jutaan dolar per tahun
-->Persenjataan dan pelatihan (via Hizbullah)
-->Dukungan logistik dan ideologis dalam perlawanan
Hamas membuka kantor politik di Damaskus (ibukota Suriah, sekutu kuat Iran), dan dari situlah hubungan terkoordinasi.
---
4. Retak Hubungan: 2011–2017
Arab Spring & Perang Suriah membuat hubungan memburuk.
Hamas mendukung oposisi Sunni (Ikhwan, dll.), sementara Iran dan Hizbullah mendukung rezim Bashar al-Assad (Syiah-Alawi).
Akibatnya:
-->Iran mengurangi bantuan
-->Hamas meninggalkan Damaskus pada 2012
---
5. Rekonsiliasi: 2017–sekarang
Karena keterasingan politik dan finansial dari Arab, Hamas kembali mendekat ke Iran.
Terutama setelah: Blokade Qatar (sekutu Hamas) oleh Saudi–UAE, Ketegangan dengan Mesir dan Fatah
Iran kembali menjadi penyokong utama Hamas, termasuk:
-->Transfer teknologi rudal
-->Pelatihan teknisi dan pejuang
-->Dana bantuan
Musuh bersama = lem perekat politik
Hamas butuh dukungan logistik, uang, dan senjata
Iran ingin membuka front baru melawan Israel di selatan (Gaza), selain Hizbullah di utara (Lebanon)
Maka terbentuklah hubungan "aliansi taktis ideologis" meski mereka tidak pernah benar-benar sepakat secara teologis.
Oleh Ragil Kurniawan
Komentar
Posting Komentar